Cari Blog Ini

Earn your money here!

coinpayu

Senin, 02 Agustus 2021

Pandemi Covid-19 menjadi Solusi Mengatasi Perubahan Iklim. Benarkah?

Pandemi Covid-19 dan Perubahan Iklim
 
Pandemi covid-19 yang memaksa negara-negara di dunia menerapkan lockdown dan pembatasan rupanya menyebabkan emisi karbondioksida turun sebesar 7% pada tahun ini, yang merupakan penurunan terbesar yang pernah ada.
 
Lockdown di China (Sumber: BBC China)

Penurunan Emisi Carbon di Beberapa Wilayah di Dunia
 
Menurut tim Global Carbon Project, emisi karbon tahun ini turun 2,4 miliar ton. Angka itu jauh melampaui tingkat penurunan yang tercatat pada tahun 2009 akibat resesi ekonomi global dengan hanya setengah miliar ton, maupun pada akhir Perang Dunia Kedua yang menyebabkan emisi turun sebesar satu milar ton.
 
Di seluruh Eropa dan Amerika Serikat, tercatat penurunan sekitar 12 persen sepanjang tahun, dan beberapa negara bahkan mencatat angka yang lebih besar.
 
Perancis mengalami penurunan sebesar 15 persen dan Inggris turun 13 persen, menurut salah satu analisis.
 
"Alasan utamanya adalah bahwa kedua negara ini memiliki dua gelombang lockdown yang sangat ketat dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Profesor Corinne Le Quéré, dari Universitas East Anglia, Inggris, yang berkontribusi dalam penelitian tersebut.
 
"Inggris dan Perancis memiliki banyak emisi yang berasal dari sektor transportasi dan umumnya lebih sedikit yang berasal dari industri dan sektor lainnya.
 
"Ini bahkan lebih terlihat di Perancis, karena begitu banyak produksi listrik mereka dari energi nuklir, jadi 40 persen emisi mereka berasal dari sektor transportasi."
 
Penerbangan di seluruh dunia mengalami dampak terbesar akibat kebijakan pembatasan dan diperkirakan pada akhir tahun ini, emisi dari sektor tersebut masih akan berada 40 persen di bawah di level tahun 2019.
 
Pengurangan emisi serupa juga dialami oleh Jerman dilansir dari bbc.com menteri  Menteri Lingkungan Jerman Svenja Schulze kepada DPA menyatakan bahwa emisi CO2 telah turun untuk tahun ketiga secara berturut-turut. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Jerman dan Eropa untuk membuat sebuah kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan.
 
Satu negara yang mungkin melawan arus tren adalah China.
 
"Semua kumpulan data kami menunjukkan bahwa China mengalami penurunan emisi yang besar pada bulan Februari dan Maret, namun sejumlah kumpulan data menunjukkan perbedaan dalam tingkat emisi menjelang akhir tahun 2020," kata Jan Ivar Korsbakken, peneliti senior di CICERO, yang terlibat dalam studi.
 
"Pada akhir 2020, China setidaknya hampir memiliki tingkat emisi harian yang sama seperti pada 2019, dan memang beberapa perkiraan kami menunjukkan emisi China mungkin benar-benar meningkat untuk tahun ini secara keseluruhan pada tahun 2020 dibandingkan dengan 2019, meskipun ada pandemi," tambahnya.
 
Para peneliti percaya bahwa penurunan dramatis yang dialami melalui respons terhadap pandemi mungkin menyembunyikan penurunan karbon jangka panjang, dimana lebih terkait dengan kebijakan iklim. Pertumbuhan tahunan emisi CO2 global turun dari sekitar 3 persen pada tahun-tahun awal abad ini menjadi sekitar 0,9 persen pada tahun 2010-an. Sebagian besar perubahan ini disebabkan oleh perpindahan dari batu bara sebagai sumber energi.
 
"Pembahasan yang muncul sebelum tahun 2020 adalah apakah emisi CO2 fosil global menunjukkan tanda-tanda memuncak," kata Glen Peters, direktur riset di CICERO.
 
"Covid-19 telah mengubah diskusi untuk beralih ke soal menghindari peningkatan kembali emisi dan menanyakan apakah emisi telah mencapai puncaknya," katanya. Semua peneliti yang terlibat dalam proyek ini setuju bahwa peningkatan emisi pada tahun 2021 hampir pasti.
 
Guna mengatasi kenaikan tersebut Jerman mengambil langkah cepat dan sigap dalam pembentukan kebijakan mengenai lingkungan Pada bulan Juli lalu, Jerman menandatangani rencana menghentikan industri batu bara paling lambat pada tahun 2038, sebuah upaya transisi menuju energi yang lebih hijau. Schulze mengatakan tujuannya adalah "sekarang untuk mempercepat tempo" dalam membangun infrastruktur tenaga angin dan tenaga surya yang tahan lama, dan pemerintah berencana untuk mencapai tujuan yang lebih ambisius di bidang ini pada kuartal pertama 2021.
 
"Hasil perlindungan iklim yang nyata hanya terlihat pada tahun 2020 di sektor energi, di mana pengurangan CO2 dapat dikaitkan dengan mengganti batu bara dengan gas dan energi terbarukan," kata Direktur Agora Energiewende, Patrick Graichen. Namun menurutnya di tahun 2021 beliau memprediksi emisi akan kembali naik bahkan lebih banyak. Namun demikian hal tersebut dapat dicegah melalui tindakan cepat di bidang kebijakan iklim.
 
Studi yang dipublikasikan di jurnal Earth System Science Data menyatakan meskipun pada tahun 2020 terjadi penurunan lebih dari dua miliar ton CO2, para ilmuwan mengatakan bahwa untuk memenuhi tujuan Perjanjian Iklim Paris akan membutuhkan pemotongan hingga dua miliar ton setiap tahun untuk satu dekade kedepan.
 
"Meskipun emisi global tidak setinggi tahun lalu, ini masih berjumlah sekitar 39 miliar ton CO2, dan pasti menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam CO2 di atmosfer," kata ketua peneliti Prof Pierre Friedlingstein dari Universitas Exeter, Inggris.
 
"Tingkat CO2 di atmosfer, dan karenanya, iklim dunia, hanya akan stabil ketika emisi CO2 global mendekati nol."
 
Ilustrasi Emisi Gas (Sumber: Dw.com)

Lockdown Bukanlah Solusi Untuk Mengatasi Perubahan Iklim Jangka Panjang
 
Penghentian kehidupan normal yang sekarang kita lihat dalam rangkaian lockdown bukan hanya tidak cukup untuk menghentikan perubahan iklim, tetapi juga tidak berkelanjutan. Seperti halnya perubahan iklim, Covid-19 paling parah menyerang mereka yang paling rentan.
 
Kita perlu menemukan cara untuk mengurangi emisi tanpa dampak ekonomi dan sosial lockdown, dan menemukan solusi yang juga mempromosikan kesehatan, kesejahteraan, dan kesetaraan. Ambisi iklim yang meluas dan tindakan oleh individu, institusi, dan bisnis masih penting, tetapi harus didukung dengan perubahan ekonomi secara mendasar.
 
Saya dan kolega saya memperkirakan bahwa investasi sebanyak 1,2% dari PDB global dalam paket pemulihan ekonomi dapat menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5C. Jika tidak, di masa depan kita akan menghadapi dampak yang jauh lebih parah dan biaya yang lebih tinggi.
 
Sayangnya, investasi hijau tidak dilakukan pada tingkat yang dibutuhkan. Meski demikian, akan ada lebih banyak investasi dalam beberapa bulan ke depan. Tindakan iklim yang kuat harus diintegrasikan ke dalam investasi masa depan. Taruhannya mungkin nampak tinggi, tetapi potensi imbalannya jauh lebih tinggi.
 
Piers Forster adalah profesor perubahan iklim dan direktur Pusat Internasional Priestley untuk Iklim di Universitas Leeds.
 
Sumber:
  1. https://www.dw.com/id/jerman-berhasil-kurangi-emisi-berkat-pandemi-covid-19/a-56125978
  2. https://www.kompas.com/sains/read/2020/12/13/130400623/selama-pandemi-covid-19-emisi-karbon-global-turun-2-4-miliar-ton?page=all
  3. https://mediaindonesia.com/humaniora/368050/pandemi-covid-19-turunkan-emisi-karbon-7-persen
  4. https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-56493234

 


Share:

Sabtu, 24 Juli 2021

Warna Mata Jungkook dan Jin BTS lebih baik dari Chris Hemsworth ? Simak ulasannya!

Dilansir dari hallo sehat.com Anda mungkin sering memperhatikan ada orang-orang yang bermata biru, ada yang hijau, abu-abu, dan ada juga yang cokelat tua pekat. Bukan karena pakai lensa kontak warna, lho! Warna-warni mata mereka adalah warna mata asli yang dimiliki sejak lahir. Biasanya, mata biru dan hijau dimiliki oleh orang-orang kulit putih alias kaukasian, sementara mata cokelat dan hitam adalah khas orang Asia. Kenapa warna mata setiap orang bisa berbeda, ya?
 
Apa yang membuat warna mata orang berbeda-beda?

Lingkaran berwarna di tengah mata itu disebut dengan pupil. Warna pupil ditentukan oleh sel-sel pewarna yang disebut melanosit. Terang gelapnya warna kulit dan rambut Anda juga ditentukan oleh sel melanosit tersebut. Pada mata, sel melanosit berkumpul di depan atau di belakang iris. Pupil tepat berada di tengah iris.
 
Sel melanosit itu sendiri terdiri dari dua jenis pigmen, yaitu eumelanin (penghasil warna cokelat) dan pheomelanin (penghasil warna merah). Semakin banyak eumelanin di dalam iris Anda, warna mata Anda akan semakin gelap. Sebanyak 55% manusia di dunia memiliki warna mata cokelat kehitaman. Sebaliknya, semakin banyak pheomelanin di iris Anda, maka warna mata Anda akan semakin terang.
 
Lalu, kenapa warna mata yang terang ada banyak macamnya?

Mata yang aslinya berwarna terang, misalnya biru, hijau, ungu, hingga abu-abu terjadi karena sel melanosit menumpuk di belakang iris. Cahaya yang diterima iris mata kemudian memantul balik, sehingga memberikan membuat kesan warna biru (atau warna terang lainnya) pada pupil mata. Sementara itu, pupil yang berwarna gelap (cokelat pekat atau hitam) terjadi karena sel melanosit bertumpuk di lapisan terdepan iris, yang menyerap cahaya.

 


Selain itu, variasi warna mata juga ditentukan oleh berapa banyak pigmen melanin di dalam iris. Mata biru dan hijau, misalnya, memiliki jumlah pigmen yang berbeda. Dilansir dari laman Livestrong, orang-orang yang bermata hijau memiliki lebih sedikit pigmen dibandingkan mata cokelat, namun lebih banyak dari pada orang bermata biru. Ada pula bagian iris tertentu yang tidak berpigmen. Warna hijau adalah warna mata yang paling langka di dunia. Diperkirakan hanya sekitar 2% dari populasi manusia yang memiliki mata berwarna hijau. Salah satu artis yang memiliki warna mata hijau kebiruan adalah Aktor terkenal Chris Hemsworth.
 
Seperti banyak sifat lainnya, jumlah dan jenis pigmen melanin dalam mata Anda dikendalikan oleh genetik turunan orangtua Anda. Berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh Manfred Kayser, seorang profesor di bidang forensik molekul asal Erasmus University Medical Centre Rotterdam, sejauh ini ada 11 gen yang berperan menentukan warna kedua mata manusia.


Berbeda dengan mata manusia yang tinggal di Benua Amerika/Eropa mata manusia yang tinggal di Benua Asia cenderung berwarna hitam. Kedatangan Boyband di wilayah Amerika dan Eropa membuat masyarakat lokal "iri" dengan warna mata orang Asia. Mengapa demikian?

Layakanya Jungkook dan Jin BTS yang memiliki warna hitam, kita sebagai orang Indonesia yang juga memiliki warna mata hitam ternyata memiliki kelebihan loh... Dilansir dari Dream.co.id menyatakan bahwa semakin tinggi kadar pigmen, maka iris akan terlihat lebih gelap. Warna gelap seperti hitam dan cokelat seringkali dipandang membosankan. Banyak orang yang memakai lensa kontak berwarna-warni, bahkan rela untuk melakukan operasi demi mengubah warna mata.
 
Lalu apakah mata hitam memiliki keunggulan? 

Padahal pemilik mata berwarna gelap harus lebih bersyukur, terutama bagi Anda yang tinggal di iklim tropis. Dokter Spesialis Katarak dan Glaukoma, Arini Safira menyebutkan bahwa mata dengan warna yang lebih gelap tidak mudah terkena penyakit mata.


"Semakin rendah pigmen pada iris, maka akan semakin tipis sehingga sinar ultraviolet (UV) dapat lebih mudah masuk menembus mata. Apabila masuk mengenai saraf mata, akan menyebabkan kerusakan sehingga memicu penyakit lainnya," tuturnya di acara pembukaan Klinik Mata Utama JEC di Cinere, Kamis 21 Desember 2017. Wahh artinya mata kita dan beberapa member BTS itu punya kelebihan ya. Nah bukan hanya kulit, tetapi ternyata warna mata kita memiliki kelebihan tersendiri loh dari segi kesehatan. Jadi sudah seharusnya kita bersyukur nih karena banyak sekali orang luar negeri yang "iri" dengan warna mata hitam. Hoho

Kalo versi kamu warna mata apa nih yang paling indah? Tulis di kolom komentar yaa ^^

Share:

Sabtu, 17 Juli 2021

Waspada! 7 Hama Ini Bisa Bikin Tanaman Kamu Mati Terus!

Bercocok tanam merupakan salah satu kegiatan yang saat ini sedang diminati oleh banyak orang. Selain dapat dimanfaatkan hasilnya juga dapat membuat mata kita segar karena warna-warni tanaman yang dihasilkan. Namun ternyata bercocok tanaman memiliki tantangan juga loh, salah satu tantangan yang paling sering dijumpai adalah hama.




Dilansir dari Bobo.id - Hama adalah organisme yang dianggap merugikan. Hama tanaman dapat menyebabkan kerusakan morfologis tanaman hihngga kematian. Bagi para petani ataupun pecinta tanaman, kehadiran hama merupakan ancaman dan juga bencana karena dapat menyebabkan tanaman yang selama ini dirawat menjadi rusak. Gangguan atau serangan hama bisa terjadi sejak benih, pembibitan, dan pemanenan. Meski sudah merawat tanaman dengan baik, tapi serangan hama kadang tidak bisa diduga. Salah satu penyebab serangan hama ini saja terjadi ketika perubahan cuaca dan kondisi tanaman yang melemah. 

Untuk meminimalisir kerusakan tanaman kita dapat melakukan pencegehan nih dengan cara mengetahui jenis-jenis hama yang biasa merusak tanaman kita. Nah apa saja jenis-jenis hama yang biasanya menyerang tanaman? Berikut ini beberapa hama yang biasanya menyerang tanaman.

Yuk, cari tahu!


1. Wereng

Wereng yaitu sejenis kepik yang menyerang tumbuhan dan menyebabkan daun dan batang menjadi berlubang-lubang. Akibatnya, daun akan menguning, kering, dan mati.

2. Gangsir

Gangsir menyerang tanaman yang masih muda. Gigitan gangsir mengakibatkan tanaman mati karena batangnya putus atau patah. Biasanya gangsir menyerang tanaman pada malam hari.

3. Walang Sangit

Walang sangit adalah hama tanaman padi. Walang sangit menaruh telurnya pada sela-sela daun padi. Telur yang menetas tadi akan berubah menjadi nimfa dan menyerang buah padi dengan menghisap cairan buah padi. Sehingga, mengakibatkan buah menjadi kosong.

4. Kutu Putih


Kutu putih adalah serangga berbentuk oval dan bertubuh lunak. Kutu putih suka memakan sari-sari tanaman. Biasanya kutu butuh berkumpul pada bawah daun.

5. Agas Jamur
Agas jamur biasanya akibat penyiraman berlebihan, lalat kecil ini berkembang biak di tanah yang lembab dan memakan akar selama tahap larva.

6. Kutu Daun


Kutu daun berukuran kecil dan bertubuh lunak. Berbentuk buah pir yang memiliki kaki panjang, serta antena yang panjang. Kutu daun lebih menyukai tanaman yang baru tumbuh dengan memakan batang, cabang, dan kuncup lunak untuk menghisap sari-sari tanaman. Akibatnya, daun menguning dan bunga cacat.

7. Tikus


Tikus adalah hama tanaman yang sangat merugikan petani. Tikus menyerang tanaman saat persemaian, pertumbuhan, pembuangan, dan panen. Hama tikus sangat sulit dikendalikan dan perkembang biakan yang tinggi. Tikus merusak batang tanaman dan sampai memakan umbi tanaman.

Itu tadi untuk jenis-jenis hama yang sering banget jumpai di tanaman kita. Apakah kamu pernah menemukan salah satunya? Komen yuk dibawah...

Share:

Selasa, 06 Juli 2021

Kapasitas Pemakaman di DKI Jakarta Menurun, Penerapan Pemakaman Massal di Jakarta Akan Segera Diberlakukan

Sejak 6 Maret 2020 hingga 24 Januari 2021 akibat dari pandemi covid-19 setidaknya terdapat 13.178 jenazah dimakamkan dengan protap Covid-19 di Jakarta. Sedangkan 50.676 jenazah lainnya dimakamkan di TPU secara normal pada periode itu. Saat ini Jakarta masih bertahan di urutan ketiga kumulatif kasus kematian Covid-19 terbanyak di Indonesia. Data yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19 per Senin (25/1) menunjukkan total kematian akibat Covid-19 di Jakarta mencapai jumlah 4.031 kematian.


Dilansir dari CNN Indonesia Kepala Pusat Data dan Informasi Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta Ivan Murcahyo menyebut beberapa penyebab lahan pemakaman di ibu kota kian berkurang. Dengan luas pemakaman di Ibu Kota Jakarta yang relatif sempit membuat ketidakmampuan dalam menampung jenazah yang melonjak tinggi. Salah satu penyebabnya penuh di Jakrta ialah, taman pemakaman umum yang dikelola Pemprov DKI diperuntukkan bagi masyarakat asli Jakarta dan warga daerah lain yang meninggal di ibu kota ungkap Ivan, Apalagi di tengah pandemi, jenazah Covid-19 dianjurkan agar disemayamkan tidak lebih dari empat jam sejak dinyatakan meninggal.

"Karena di DKI kan banyak pendatang, kemudian yang berobat di RS DKI dan meninggal Covid-19. Itu semua kan harus segera waktu penguburannya, sehingga ya dimakamkannya di DKI juga," kata Ivan. 

Anies menganggarkan dana Rp254 miliar untuk pengadaan tanah makam terkait pasien dengan protokol Covid-19. TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur kemudian disulap menjadi pemakaman khusus Covid-19. Pada Maret 2020, Pemprov DKI memproyeksikan lahan seluas 1,9 hektare untuk menampung 4.600 petak liang lahat. Pada bulan yang sama, TPU Tegal Alur, Kalideres, Jakarta Barat juga difungsikan untuk menampung jenazah pasien Covid-19. Luas lahan 1,3 hektare disiapkan untuk 5.145 liang lahat.

Namun, kedua TPU itu berumur pendek. Per 8 November 2020, TPU Pondok Ranggon tak lagi menerima pemakaman Covid-19 muslim karena penuh. Sedangkan pemakaman non-muslim menyusul disetop pada 20 Desember 2020. Sementara TPU Tegal Alur telah menyetop pemakaman terkait Covid-19 untuk jenazah muslim per 12 Januari lalu. Sedangkan pemakaman non-muslim per Kamis (21/1) masih tersisa 160 makam.

TPU Pondok Ranggon

"Yang Kristen itu sisa sedikit, mungkin tidak sampai seminggu sudah penuh juga," kata Ketua Satuan Pelaksana (Kasatpel) TPU Tegal Alur Wawin Wahyudi. Saat dikunjungi pada Rabu (20/1), TPU Tegal Alur tampak sepi dari aktivitas pemakaman Covid-19 di blok muslim. Sementara di blok non-muslim Covid-19 masih menyisakan belasan petak tersisa.
Salah seorang petugas pemakaman di sana menyebut dalam sehari itu, setidaknya mereka telah memakamkan 12 jenazah. Menyikapi situasi tersebut, Pemprov DKI memutuskan untuk mengoperasikan TPU Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan sejak Selasa (12/1) lalu.

TPU Srengseng Sawah

TPU seluas 2.700 meter persegi ini terus ditambah kapasitas makamnya. Mulai dari 541, bertambah menjadi 556, lalu 590 liang lahat. Pada Selasa (19/1), data per pukul 13.20 WIB memperlihatkan sebanyak 402 liang telah difungsikan, sehingga masih tersisa 154 makam. Namun per Jumat (22/1) pagi, 560 liang lahan telah terisi. "Seharusnya sudah full ya memang. Tapi masih ada lahan dipakai dikit-dikit untuk 30 makam. Ya, hari ini sudah ditutup kemungkinan," kata Kasatpel Zona 15 TPU Srengseng Sawah Sutandyo.

Selain TPU Srengseng Sawah,Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan pihaknya juga menyiapkan ribuan liang lihat khusus covid-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara. "Prinsipnya kita akan menyiapkan kurang lebih 1.500 di tahap satu dan itu dalam waktu dekat ini sudah siap," ujarnya di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu (20/1). Saat dikunjungi pada hari yang sama, lahan seluas 8.100 meter persegi untuk TPU Rorotan itu masih dalam tahap pembangunan. Terlihat pengurukan lahan belum rampung 100 persen.

Saat dikonfirmasi ke Wali Kota Jakarta Utara Sigit Wijatmoko, pihaknya belum dapat memastikan kapan area pemakaman itu mulai dapat digunakan. Namun Sigit mengklaim proses penyediaan lahan pemakaman itu berjalan kondusif. 

"Kami bantu kaitkan komunikasi ke warga dan memastikan pelaksanaan penyiapan di lapangan berjalan lancar," kata Sigit melalui pesan singkat.

Demi mengatasi krisis lahan di Jakarta, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyarankan adanya penguburan masal untuk pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Hal tersebut dinilai perlu dilakukan karena ada krisis lahan makam jenazah Covid-19 di DKI Jakarta. "Melihat kurangnya lahan untuk pemakaman korban Covid-19 di Jakarta, pemberlakuan penguburan masal bisa dikaji. Artinya, mengubur beberapa jenazah dalam satu lubang. Ini sudah diatur di dalam fatwa MUI," kata Ketua MUI Sholahuddin Al-Aiyub dilansir dari laman resmi MUI, Rabu (30/6/2021). Ia mengatakan, penguburan jenazah dalam satu lubang bisa jadi solusi untuk mengatasi menipisnya lahan penguburan seperti di DKI Jakarta. 

Banyaknya korban Covid-19 dan terbatasnya lahan pemakaman membuat terjadinya kedaruratan, sehingga penguburan beberapa jenazah dalam satu lubang itu diperbolehkan. "Jenazah korban Covid-19 yang sudah dimasukkan ke dalam peti, bisa dimasukkan dalam satu lubang kuburan dengan formasi berjajar berdempetan. Penguburan masal tersebut diharapkan bisa menjadi solusi sementara untuk saat ini," ujarnya.


Ia mengatakan, MUI sudah mengeluarkan Fatwa Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pengurusan Jenazah dalam Keadaan Darurat. Fatwa ini kemudian menjadi pijakan MUI dalam mengeluarkan Fatwa Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengurusan Jenazah Muslim Yang Terinfeksi Covid-19. Fatwa itu mengungkapkan bahwa umat Islam yang wafat akibat Covid-19 termasuk kategori syahid akhirat, sehingga hak-haknya seperti dimandikan, dikafani, dishalati, dan dikuburkan wajib dipenuhi dengan tetap menjaga keselamatan petugas dan mematuhi protokol medis "Khusus untuk penguburan jenazah, pada poin terakhir Fatwa Nomor 18 Tahun 2020, disebutkan bahwa harus dilakukan dengan sesuai ketentuan syariah dan protokol medis," ungkapnya. 

Kemudian, penguburan dilakukan dengan memasukkan jenazah bersama petinya ke dalam liang kubur tanpa harus membuka peti, plastik, maupun kafan. Ia melanjutkan, Fatwa Nomor 18 Tahun 2020 juga merujuk Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah Dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19. Baca juga: UPDATE 30 Juni: 13.465.499 Orang Sudah Divaksin Covid-19 Dosis Kedua, 29.279.142 Dosis Pertama Sementara Fatwa Nomor 14 Tahun 2020 merinci agar pengurusan jenazah yang terpapar Covid-19, terutama dalam memandikan dan mengkafani, harus dilakukan sesuai protokol kesehatan, oleh pihak berwenang, dan tetap memperhatikan syariat. "Sedangkan untuk menguburkannya, tata caranya seperti biasa, dengan memperhatikan protokol kesehatan ketat sehingga tidak ikut terpapar," ucap dia.


Share:

Senin, 05 Juli 2021

5 Satwa Dilindungi Indonesia yang Terkenal Sampai Mancanegara

 

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dianugerahi dengan kekayaan alam yang berlimpah. Bukan hanya pemandangannya saja yang indah tapi spesies flora dan fauna yang sangat beragam. Indonesia disebut sebagai negara Megabiodiversity karena keanekaragaman hayatinya yang berlimpah.


Bukan hanya Flora tapi juga Fauna di Indonesia sangatlah kaya. Beberapa dari spesies dari Fauna Indonesia bahkan terkenal hingga mancanegara. Berikut 5 fauna Indonesia yang terkenal hingga mancanegara.

1. Komodo


Hewan dengan nama latin Varanus komodoensis merupakan hewan yang paling tersohor dari Indonesia. Menurut data dari CITES atau Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora komodo termasuk dalam kategori appendix 1 yang artinya termasuk kedalam spesies yang langka sehingga dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. (Cites.org)

2. Burung Cendrawasih


Cenderawasih bukan sekedar burung dari Papua. Namanya tersohor sebagai salah satu burung terindah di dunia, sehingga dijuluki bird of paradise atau burung surga. Namun keberadaannya kini makin sulit ditemui di alam bebas. Perburuan, pembalakan liar dankonversi hutan menjadi penyebabnya. (sumber: menlkh.go.id)

3. Badak Jawa dan Badak Sumatera

Badak Jawa

Sebagai salah satu satwa yang terancam punah di dunia, dua dari lima spesies badak di dunia saat ini hidup di Indonesia. Spesies pertama adalah badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Badak ini juga merupakan kerabat dekat badak purba dan cenderung lebih berambut daripada spesies badak lainnya. Spesies lainnya yang bertahan di hutan Indonesia adalah Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus). 

Badak Sumatera

Berbeda dengan kerabatnya, badak Jawa hanya memiliki satu cula.  Kedua spesies ini bertahan dari ancaman kepunahan akibat penyempitan habitat, penyakit menular, hingga perburuan ilegal. Namun, kedua spesies tersebut menyandang status kritis (Critically Endangered/CR) dalam Daftar Merah IUCN, sebuah lembaga konservasi internasional dan satwa dilindungi dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. (sumber: wwf.id)


4. Gajah Sumatera


Gajah merupakan ‘spesies payung’ bagi habitatnya dan mewakili keragaman hayati di dalam ekosistem yang kompleks tempatnya hidup. Status gajah sumatera telah meningkat dari Genting menjadi Kritis oleh IUCN Red List pada tahun 2012. Hal ini terutama karena gajah sumatera mengalami penurunan jumlah populasi yang signifikan, diindikasikan dengan hilangnya lebih dari 69% habitat potensinya hanya dalam satu generasi (25 tahun terakhir). Berdasarkan lembaga konservasi internasional, IUCN (International Union for Conservation of Nature), spesies gajah tersebut masuk dalam status Kritis (Critically Endangered/CR). (sumber: wcs.org dan wwf.id)

5. Orang Utan


Indonesia memiliki tiga spesies orangutan, yakni orangutan Sumatera (Pongo abelii), orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Ketiganya berstatus Kritis (Critically Endangered/CR) berdasarkan daftar merah IUCN. Ini diakibatkan karena hilangnya hutan yang menjadi habitat primata satu ini, padahal orangutan memiliki peran penting untuk menjaga regenerasi hutan, yakni sebagai penebar biji. Orangutan merupakan satwa yang dilindungi dalam hukum nasional, berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam CITES, status ketiga spesies orangutan ini adalah Appendix I yang artinya spesies ini tidak boleh diperdagangkan. (sumber: wwf.id, iucinredlist.org dan cites.org)

 

6.       

Share:

Globe of visitors

Visitors Count

coinpayu

Definition List

Unordered List